Mengenal Peran dan Tantangan Pembangkit Listrik Virtual untuk Transisi Energi
Michelle Clysia • Penulis
20 Maret 2025
15
• 2 Menit membaca

Pembangkit dan distribusi energi berkaitan erat dengan pengembangan pembangkit listrik virtual (Virtual Power Plant/ VPP).
Pembangkit listrik virtual tersebut bisa menjadi salah satu solusi inovatif dalam transisi energi yang menyatukan berbagai sumber energi terdesentralisasi. Seperti dari matahari, angin, dan sumber energi baru terbarukan (EBT) lainnya yang digabungkan ke dalam satu entitas secara virtual.
Prinsip kerja pembangkit listrik virtual adalah menghubungkan sumber-sumber tersebut melalui sensor, meter, dan teknologi komunikasi ke platform berbasis cloud terdistribusi dan menyediakan data real-time.
Pembangkit listrik virtual dapat dengan cepat merespons perubahan permintaan dan kondisi pasar sehingga pemanfaatan operasionalnya bisa optimal namun memiliki limbah yang rendah. Karena sifatnya virtual, biaya operasional pembangkit listrik virtual yang lebih rendah dan lebih hemat dibandingkan pembangkit listrik tradisional.
Pembangkit listrik virtual lebih mudah dikelola karena bisa secara otomatis dengan bantuan analitik kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/ AI). Untuk menjalankannya memerlukan komunikasi bersama operator jaringan dan harus bersifat interaksi dua arah.
Yakni operator jaringan memberi tahu pembangkit listrik virtual apa yang diperlukan untuk menjaga jaringan tetap berjalan lancar. Dari situ, pembangkit listrik virtual mengamati perubahan pasokan energi yang umumnya dipengaruhi oleh cuaca dan atau faktor lainnya.
Meski memiliki teknologi terdepan, pembangkit listrik virtual tidak lepas dari tantangannya dalam mengintegrasikannya ke dalam infrastruktur energi yang ada. Sebab saat ini masih sulit implementasinya karena perancangan yang digunakan adalah menggantikan pembangkit listrik tradisional.
Jika ingin diterapkan, yang pertama harus ada perubahan besar pada infrastruktur energi yang ada saat ini dan menjadi tantangan bagi utilitas serta operator jaringan untuk beradaptasi dengan teknologi baru.
Lalu nomor dua adalah keberadaan pembangkit listrik virtual harus dipastikan memiliki teknologi yang aman dan andal karena sifatnya yang bergantung terhadap jaringan sumber daya energi yang terdesentralisasi. Pasalnya, sumber tersebut rentan terhadap ancaman atau pemadaman keamanan siber.
Yang terakhir, pembangkit listrik virtual harus bisa mengakses ke sumber EBT yang andal. Selama ini, sumber EBT cenderung tersebar secara geografis dari pada sumber energi berbahan bakar fosil (batubara).